Minggu, 15 Maret 2015

Macam - Macam Etika

A. ETIKA MAKAN  DAN  MINUM  DALAM ISLAM

Rasulullah SAW adalah suri tauladan umat dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam hal kesehatan,
ajaran-ajaran beliau sudah banyak dibuktikan oleh penelitian-penelitian modern akan kebenaran manfaatnya yang besar. Salah satu ajaran beliau adalah adab-adab makan yang membawa kesehatan dan keberkahan sepanjang zaman.
Diantara adab-adab makan yang Rasulullah SAW ajarkan adalah :
1. Tidak mencela makanan yang tidak disukai.
Abu Hurairah ra. berkata : “Rasulullah SAW tidak pernah sedikit pun mencela makanan. Bila beliau berselera, beliau memakannya. Dan jika beliau tidak menyukainya, maka beliau meninggalkannya.” (HR. Bukhari Muslim)
Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah berkata kepada keluarganya (istrinya) tentang lauk pauk. Mereka menjawab : “Kami hanya punya cuka”. Lalu beliau memintanya dan makan dengannya, seraya bersabda : “Sebaik-baik lauk pauk ialah cuka (al-khall), sebaik-baik lauk pauk adalah (yang mengandung) cuka.” (HR. Muslim)
Penelitian Dr. Masaru Emoto dari Jepang dalam bukunya ’The True Power of Water’ menemukan bahwa unsur air ternyata hidup. Air mampu merespon stimulus dari manusia berupa lisan maupun tulisan. Ketika diucapkan kalimat yang baik atau ditempelkan tulisan dengan kalimat positif, maka air tersebut akan membentuk struktur kristal yang indah dan bisa memiliki daya sembuh untuk berbagai penyakit. Sebaliknya, jika diucapkan maupun ditempelkan kalimat umpatan, celaan atau kalimat negatif lainnya, maka air tersebut akan membentuk struktur kristal yang jelek dan bisa berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang tertidur sedang di kedua tangannya terdapat bekas gajih/lemak (karena tidak dicuci) dan ketika bangun pagi ia menderita suatu penyakit, maka hendaklah dia tidak menyalahkan kecuali dirinya sendiri.”
3. Membaca Basmalah dan Hamdalah.
Rasulullah SAW bersabda : “Jika seseorang di antara kamu hendak makan, maka sebutlah nama Allah SWT. Dan jika ia lupa menyebut nama-Nya pada awalnya, maka bacalah, ’Bismillahi awwalahu wa akhirahu’ (Dengan menyebut nama Allah SWT pada awalnya dan pada akhirnya).” (HR. Abu Dawud)
Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW tersenyum, beliau menjelaskan ketika seorang Muslim tidak membaca Basmalah sebelum makan, maka syaitan akan ikut makan dengannya. Namun, ketika Muslim tersebut teringat dan menyebut nama Allah SWT, maka syaitan pun langsung memuntahkan makanan yang sudah dimakannya.
Rasulullah SAW juga bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT meridhai seorang hamba yang ketika makan suatu makanan lalu dia mengucapkan Alhamdulillah. Dan apabila dia minum suatu minuman maka dia pun mengucapkan Alhamdulillah.” (HR. Muslim, Ahmad dan Tirmidzi)
4. Makan menggunakan tangan kanan.
Abdullah bin Umar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Jika salah seorang diantaramu makan, maka hendaklah ia makan dengan tangan kanannya dan jika ia minum maka hendaklah minum dengan tangan kanannya. Sebab syaitan itu makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)
Kedua tangan manusia mengeluarkan tiga macam enzim, tetapi konsentrasi di tangan kanan lebih banyak daripada tangan kiri. Enzim tersebut sangat membantu dalam proses pencernaan makanan.
5. Tidak bersandar ketika makan.
Rasulullah SAW bersabda : “Aku tidak makan dengan posisi bersandar (muttaki-an).” (HR. Bukhari)
“Muttaki-an” ada yang menafsirkan duduk bersilang kaki dan ada pula yang menafsirkan bersandar kepada sesuatu, baik itu bersandar di atas salah satu tangan atau bersandar pada bantal. Ada pula yang menafsirkan bersandar pada sisi badan.
Rasulullah SAW jika makan, tidak makan dengan menggunakan alas duduk seperti bantal duduk sebagaimana orang-orang yang ingin makan banyak dengan menu makanan yang variatif. Rasulullah SAW menjadikan makannya sebagai ibadah kepada Allah SWT. Karenanya beliau duduk tanpa alas dan mengambil makanan secukupnya.
6. Memakan makanan yang terdekat dahulu.
Umar bin Abi Salamah ra. bercerita : “Saat aku belia, aku pernah berada di kamar Rasulullah SAW dan kedua tanganku seringkali mengacak-acak piring-piring. Rasulullah SAW bersabda kepadaku, ’Nak, bacalah Bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari makanan baik yang terdekat.” (HR. Bukhari)
7. Makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang.
Dari Mikdam bin Ma’dikarib ra. menyatakan pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Tiada memenuhi anak Adam suatu tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah untuk anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak ada cara lain, maka sepertiga (dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minuman dan sepertiganya lagi untuk bernafas.” (HR. Tirmidzi dan Hakim)
8. Menjilat tangan ketika makan tanpa sendok atau garpu.
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Jika salah seorang diantaramu makan, maka hendaklah ia menjilati jari-jemarinya, sebab ia tidak mengetahui dari jemari mana munculnya keberkahan.” (HR. Muslim)
Dalam hadits riwayat Imam Muslim pula, Ka’ab bin Malik ra. memberikan kesaksian bahwa ia pernah melihat Rasulullah SAW makan dengan menggunakan tiga jarinya dan beliau menjilatinya selesai makan.
Penemuan kesehatan modern menunjukkan bahwa ketika kita makan dengan jari dan menjilati jari untuk membersihkannya, maka jari tersebut mengeluarkan enzim yang sangat membantu bagi kelancaran pencernaan.
9. Membuang kotoran dari makanan yang terjatuh lalu memakannya.
Dari Anas bin Malik ra. berkata bahwa Rasulullah SAW sering makan dengan menjilati ketiga jarinya (Ibu jari, telunjuk dan jari tengah), seraya bersabda : “Apabila ada makananmu yang terjatuh, maka buanglah kotorannya dan hendaklah ia memakannya serta tidak membiarkannya untuk syaitan.” Dan beliau juga memerintahkan kami untuk menjilati piring seraya bersabda : “Sesungguhnya kamu tidak mengetahui pada makanan yang mana adanya berkah itu.” (HR. Muslim)
Islam melarang hal-hal yang mubazir, termasuk dalam hal makanan. Seringkali kita menyaksikan orang yang mengambil makanan berlebihan sehingga tidak habis dimakan. Makanan yang mubazir itu akhirnya dibiarkan untuk syaitan, padahal bisa jadi sebenarnya pada makanan tersebut terdapat keberkahan. Oleh karena itu, ketika mengambil makanan harus berdasarkan perhitungan bahwa makanan tersebut akan habis dimakan.
10. Makan dan minum sambil duduk.
Rasulullah SAW suatu ketika melarang seorang lelaki minum sambil berdiri. Berkata Qatadah : “Bagaimana dengan makan?” Rasul menjawab : “Itu lebih buruk lagi.” (HR. Muslim)
11. Tidak bernafas ketika minum dan menjauhkan mulut dari tempat minum ketika bernafas.
Dari Abu Al-Mutsni Al-Jahni ra berkata, aku pernah berada di rumah Marwan bin Hakam, tiba-tiba datang kepadanya Abu Sa’id ra. Marwan berkata kepadanya : “Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah SAW melarang bernafas di tempat minum?”. Abu Sa’id menjawab : “Ya. Ada seseorang pernah berkata kepada Rasulullah SAW, ”Aku tidak kenyang dengan air hanya satu kali nafas.” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Jauhkanlah tempat air (gelas) dari mulutmu, lalu bernafaslah!” Orang itu berkata lagi, “Sesungguhnya aku melihat ada kotoran pada tempat minum itu”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, ”Kalau begitu, tumpahkanlah! (HR. Abu Dawud)
Dan juga dari Ibnu Abbas ra. berkata : “Rasulullah SAW telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah SAW melarang bernafas ketika minum. Apabila minum sambil bernafas, tubuh kita mengeluarkan CO2 (Karbondioksida), apabila bercampur dengan H2O (Air) dapat menjadi H2CO3 (Cuka) sehingga menyebabkan minuman menjadi acidic (Asam). Hal ini dapat terjadi juga ketika meniup air panas. Makanan dan minuman panas sebaiknya tidak didinginkan dengan ditiup, tapi cukup dikipas.
12. Tidak berprasangka buruk jika makan ditemani orang yang berpenyakit.
Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah memegang tangan orang yang majdzum (kusta), beliau meletakkan tangannya pada piring makan seraya bersabda : “Makanlah, yakinlah kepada Allah SWT dan bertawakkallah.” (HR. Abu Dawud)
13. Tidak duduk pada meja yang dihidangkan makanan haram.
Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia tidak duduk pada meja makan yang padanya diedarkan minuman khamr.” (HR. Imam Tirmidzi)
14. Mendo’akan yang mengundang makan.
Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah SAW pernah datang ke Sa’ad bin Ubadah ra. yang menghidangkan roti dan mentega. Rasulullah SAW memakannya, lalu beliau bersabda : “Telah berbuka di sisimu orang-orang yang berpuasa. Hidanganmu telah dimakan oleh orang-orang shalih (baik) dan malaikat pun mendo’akan kebaikan untukmu.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
15. Menutup tempat makan dan minum.
Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Tutuplah tempat makanan dan tempat minuman!” (HR. Bukhari Muslim)
Menutup tempat makan dan minum sangat bermanfaat untuk menghindarkan makanan dari polusi udara, kotoran atau zat-zat berbahaya yang dapat masuk ke dalam makanan atau minuman yang tidak titutupi.

B. ETIKA BERBICARA DALAM ISLAM

1. Semua perbicaraan harus kebaikan, dalam hadis Nabi Muhammad SAW disebutkan: “Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim)
2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadis Aisyah ra:
“Bahawasanya perkataan Rasulullah SAW itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)
3. Seimbang dan menjauhi berlarut-larutan, berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak bercakap dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: Wahai Rasulullah kami telah mengetahui erti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi SAW: “Orang-orang yang sombong.” (HR Tirmidzi dan dihasankannya)
4. Menghindari banyak berbicara, kerana khuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Wa’il:
“Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami pada setiap hari Khamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai Abu Abdurrahman (gelaran Ibnu Mas’ud) seandainya anda mahu mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku khuatir membosankan kalian, kerana akupun pernah meminta yang demikian pada Rasulullah SAW dan beliau menjawab khuatir membosankan kami” (HR Muttafaq ‘alaih)
5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah Nabi Muhammad SAW jika berbicara maka baginda mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila baginda mendatangi rumah seseorang maka baginda pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)
6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diredhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keredhaan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmidzi dan ia berkata hadis hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad dan Tirmidzi) dan dalam hadis lain disebutkan sabda Nabi Muhammad SAW: “Aku jamin rumah di dasar syurga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah syurga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak syurga bagi yang baik akhlaqnya.” (HR Abu Daud)
8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW: “Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.” (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)
9. Menghindari banyak bercanda(bergurau), berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari)
10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelaran yang buruk, berdasarkan ayat al-quran, Al-Hujjurat:11, juga dalam hadis Nabi Muhammad SAW: “Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)
11. Menghindari dusta, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:
“Tanda-tanda munafik itu ada tiga, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat.” (HR Bukhari)
12. Menghindari ghibah(mengutuk) dan mengadu domba, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:
“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara.” (HR Muttafaq ‘alaih)
13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapanya berkata: Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka berkata Nabi SAW: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (dua kali), lalu kata baginda SAW: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga ALLAH mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun di sisi ALLAH, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim) dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi Muhammad SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji. (HR Muslim)

C. ETIKA BERJALAN DALAM ISLAM  

seperti apakah adab berjalan yang diajarkan Islam itu? Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada secara rinci menjelaskan adab berjalan dalam kitabnya Mausuu’tul Aadaab al Islamiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran dan Sunah. Berikut adalah adab berjalan sesuai tuntunan Islam:
Pertama, niat yang benar. Seorang Muslim hendaklah berniat yang benar ketika hendak berjalan. Niatkan berjalan itu untuk tujuan yang baik itu sebagai ibadah dengan mengharapkan ridha dari Allah SWT. “Apabila berjalan hendak ke masjid, niatkan untuk beribadah kepada Allah. Jika berjalan untuk bekerja, niatkan untuk mencari rezeki yang baik dan halal untuk keluarga,” tutur Syekh Sayydi Nada.
Bahkan, ketika akan berjalan untuk suatu permainan yang diperbolehkan, kata dia, hendaklah berniat untuk mencari penyegaran agar jiwa kembali segar dan bersemangat untuk beribadah. Menurut Syekh Sayyid Nada, dengan menghadirkan niat yang benar, maka akan mencegah seorang Muslim dari berjalan untuk sesuatu yang haram.
Kedua, tak berjalan untuk suatu yang haram. Sesungguhnya, kedua kaki akan memberi kesaksian berbicara pada hari kiamat. Untuk itu, hendaklah menghindar dari berjalan untuk sesuatu yang dilarang agama. Sebab, setiap ayunan langkah kita menuju sesuatu yang diharamkan akan berbuah dosa. Ketiga, bersikap tawadhu dan tak sombong ketika berjalan.
Ketiga, bersikap tawadhu dan tidak sombong. Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al Israa ayat 37: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” Dalam surah Lukman ayat 18, Allah SWT berfirman: “… Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi de ngan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Ibnu Katsir mengingatkan agar seorang Muslim membanggakan diri, sombong, takabur dan keras kepala, karena Allah akan murka.
Keempat, berjalan normal. Hendaklah seseorang berjalan normal, yakni pertengahan antara berjalan terlalu lambat dan terlalu cepat. Ibnu Katsir menjelaskan, berjalan normal adalah berjalan secara biasa. Tidak terlalu cepat dan tak terlalu lambat. “Pertengahan di antara ke duanya.”
Kelima, tak menoleh ke belakang. Dalam Shahiihul Jaami dikisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW apabila berjalan tidak menoleh ke belakang. Menoleh ke belakang saat berjalan dapat membuat seseorang bertabrakan, tergelincir serta bisa juga dicurigai oleh orang yang melihatnya.
Keenam, tak berpura-pura lemah ketika berjalan. Berpura-pura lemah ketika berjalan dengan maksud untuk dilihat orang lain dilarang dalam Islam. Selain itu, juga tak boleh berpura-pura sakit ketika berjalan, karena dapat mengundang kemarah an Allah SWT.
Ketujuh, berjalan dengan kuat. Setiap Muslim harus berjalan dengan tegap seperti yang dicontohkan Nabi SAW. Menurut Syekh Sayyid Nada, cara berjalan seperti Rasulullah SAW lebih dekat kepada roh Islam. “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah SWT, dibandingkan mukmin yang lemah,” tuturnya.
Kedelapan, menghindari cara berjalan yang tercela. Contoh berjalan yang tercela itu antara lain; berjalan dengan sombong dan takabur, berjalan dengan gelisah dan gemetaran; berjalan dengan loyo seperti orang sakit; berjalan meniru lawan jenis; berjalan terburu-buru dan terlalu cepat; serta berjalan seakan-akan melompat.
Kesembilan, tidak berjalan dengan satu sandal. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian memakai sandal, maka hendaknya memulai dari yang kanan. Apabila ia melepasnya, maka mulailah dari yang kiri. Pakailah kedua-duanya atau lepaskanlah kedua-duanya.”
Kesepuluh, bertelanjang kaki sesekali waktu. Bertelanjang kaki termasuk tanda tawadhu di hadapan Allah SWT. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Nabi SAW memerintahkan kami agar kadang kala bertelanjang kaki.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan an-Nasa’i). Menurut Syekh Sayyid Nada, bertelanjang kaki adalah perkara yang baik, syaratnya tidak terdapat najis pada tanah serta sesuatu yang dapat menyakiti kedua telapak kaki


D. ETIKA BERTAMU DALAM ISLAM

Pernahkah Anda kedatangan orang, yang masuk ke rumah Anda tanpa permisi alias slonongboy..???
Tetangga saya pernah mengalami itu. Dan itu ternyata sangat tidak menyenangkan, apa lagi yang selonongboy itu adalah berlainan jenis dengan sang tuan rumah. Maka sebagai wawasan untuk saya, saya mencari diberbagai sumber di internet. Kebetulan saya tidak punya buku tentang etika bertamu. Dan saya dapatkan beberapa sumber yang bisa menambah wawasan saya tentang etika bertamu. Dan saya coba rangkum intisari dari beberapa sumber tersebut.
Tamu harus dihormati sebagaimana perintah Rasulullah . Menghormati tamu adalah tanda kesempurnaan iman (HR. Bukhari).
Sebaliknya, tamu juga harus tahu diri agar tidak menempatkan tuan rumah dalam posisi serba salah, sehingga tidak bisa menghormati tamu dengan baik.
Alquran ataupun hadis yang menekankan pentingnya saling mengenal dan mempererat tali persaudaraan. Seperti tertera dalam Alquran, Allah berfirman: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.” (Al Hujurat: 13)
Rasulullah bersabda: “Bila seseorang mengunjungi saudaranya, maka Allah berkata kepadanya: “Engkau dan perjalananmu itu adalah baik, dan engkau telah menyiapkan suatu tempat tinggal di al jannah (surga).” (Shahih Al Adabul Mufrad no. 345, dari shahabat Abu Hurairah )
Akan tetapi, walaupun bertamu amatlah mulia dan bernilai ibadah, namun ada etika yang harus diperhatikan, baik oleh tamu ataupun sang tuan rumah. Sebagai agama yang sempurna, Islam telah menetapkan ketentuan yang bisa menjadi acuan seorang Muslim saat bertamu kepada saudaranya.
Etika untuk bertamu
1.Beri’tikad Yang Baik
Di dalam bertamu hendaknya yang paling penting untuk diperhatikan adalah memiliki i’tikad dan niat yang baik. Bermula dari i’tikad dan niat yang baik ini akan mendorong kunjungan yang dilakukan itu senantiasa terwarnai dengan rasa kesejukan dan kelembutan kepada pihak yang dikunjungi.
2.Beritahu Lebih Dahulu
Di kota besar seperti Jakarta, di mana banyak penghuni rumah sibuk bekerja, sebaiknya beritahu dulu lewat telepon bila ingin bertamu. Bagi orang yang dikunjungi, ini jadi semacam pemberitahuan, dan dia akan merasa dihargai bila ditanya lebih dulu. Bisa saja pada waktu Anda datang, dia ada acara lain atau tidak mau diganggu tamu. Bagi Anda, akan mendapat kepastian, apakah si penghuni ada di rumah dan siap Anda kunjungi.
3.Tepat Waktu
Bila Anda berjanji datang jam sekian, usahakan tepat waktu. Ini akan memberi kesan yang baik kepada tuan rumah. Dan memudahkan tuan rumah mengatur waktu. Bisa saja ia punya kegiatan yang amat sangat padat, sehingga ketika menyetujui Anda datang pada waktu tertentu, hanya itu waktu yang ia punya untuk Anda.
4.Memilih Waktu Berkunjung
Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu juga memperhatikan dengan cermat waktu yang tepat untuk bertamu. Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa menimbulkan perasaan yang kurang baik dari tuan rumah bahkan tetangganya.
5.Tidak Memberatkan Bagi Tuan Rumah
Hendaknya bagi seorang tamu berusaha untuk tidak membuat repot atau menyusahkan tuan rumah, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk tinggal di tempat saudaranya yang kemudian saudaranya itu terjatuh ke dalam perbuatan dosa. Para shahabat bertanya: “Bagaimana bisa dia menyebabkan saudaranya terjatuh ke dalam perbuatan dosa?” Beliau menjawab: “Dia tinggal di tempat saudaranya, padahal saudaranya tersebut tidak memiliki sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.” (HR. Muslim)
6.Meminta Izin Kepada Tuan Rumah
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat.” (An Nur: 27)
“Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (An-Nur 27-28)
Rumah itu seperti penutup aurat bagi segala sesuatu yang ada di dalamnya sebagaimana pakaian itu sebagai penutup aurat bagi tubuh. Jika seorang tamu meminta izin kepada penghuni rumah terlebih dahulu, maka ada kesempatan bagi penghuni rumah untuk mempersiapkan kondisi di dalam rumahnya tersebut. Sehingga tidaklah dibenarkan ia melihat ke dalam rumah melalui suatu celah atau jendela untuk mengetahui ada atau tidaknya tuan rumah sebelum dipersilahkan masuk.
Bagaimana Tata Cara Meminta Izin?
a.Mengucapkan salam
Diperintahkan untuk mengucapkan salam terlebih dahulu, sebagaimana ayat di atas (An Nur: 27).
Pernah salah seorang shahabat beliau dari Bani ‘Amir meminta izin kepada Rasulullah yang ketika itu beliau sedang berada di rumahnya. Orang tersebut mengatakan: “Bolehkah saya masuk?” Maka Rasulullah pun memerintahkan pembantunya dengan sabdanya: “Keluarlah, ajari orang ini tata cara meminta izin, katakan kepadanya: Assalamu ‘alaikum, bolehklah saya masuk? Sabda Rasulullah tersebut didengar oleh orang tadi, maka dia mengatakan: “Akhirnya Nabi pun mempersilahkannya untuk masuk rumah beliau.” (HR. Abu Dawud)
b.Meminta izin sebanyak tiga kali
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata, Abu Musa telah meminta izin tiga kali kepada Umar untuk memasuki rumahnya, tetapi tidak ada yang menjawab, lalu dia pergi, maka sahabat Umar menemuinya dan bertanya, “Mengapa kamu kembali?” Dia menjawab, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, Barangsiapa meminta izin tiga kali, lalu tidak ada jawaban, maka hendaklah kembali. (Shahih HR. Ahmad)
7.Tidak Menghadap Ke Arah Pintu Masuk, Namun Disisi Kanan atau Kirinya
Ketika tamu tiba di depan rumah, hendaknya tidak menghadap ke arah pintu. Tetapi hendaknya dia berdiri di sebelah pintu, baik di kanan maupun di sebelah kiri. Hal ini dicontohkan Rasululloh SAW.Dari Abdulloh bin Bisyer ia berkata,“Adalah Rasululloh SAW apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya ke depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan”Assalamu ‘alaikum … assalamu ‘alaikum …”(Shahih HR. Abu Dawud)
8.Mengenalkan Identitas Diri
Ketika Rasulullah menceritakan tentang kisah Isra’ Mi’raj, beliau bersabda (artinya) : “Kemudian Jibril naik ke langit dunia dan meminta izin untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” Kemudian ditanya lagi: “Siapa yang bersama anda?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Kemudian Jibril naik ke langit kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya di setiap pintu langit, Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Saya datang kepada Rasulullah untuk membayar hutang ayahku. Lalu aku mengetuk pintu rumahnya. Lalu beliau bertanya, “Siapa itu?” Lalu aku menjawab, “Saya.” Nabi berkata, “Saya?… Saya? … seakan-akan beliau tidak menyukainya. (HR. Bukhari)
9.Dilarang Mengintai Ke Dalam Bilik
Jika kita hendak bertamu dan telah sampai di halaman rumah, tidak diizinkan mengintip melalui jendela atau bilik, walaupun tujuannya ingin mengetahui penghuninya ada atau tidak.
Dari Anas bin Malik, sesungguhnya ada seorang laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi, lalu Nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau menanti peluang untuk menusuk orang itu. (HR. Bukhari)
10.Tidak Masuk Rumah Walaupun Terbuka Pintunya.
Dari ayat 27 An Nuur, sebagaimana telah ditulis di atas, kita baru boleh masuk rumah orang lain harus mendapatkan izin dari pemilik rumah.
11.Bila Diminta Pulang, Hendaknya Pulang
Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (lihat ayat diatas)
12.Menyebutkan Keperluannya
Di antara adab seorang tamu adalah menyebutkan urusan atau keperluan dia kepada tuan rumah. Supaya tuan rumah lebih perhatian dan menyiapkan diri ke arah tujuan kunjungan tersebut, serta dapat mem-pertimbangkan dengan waktu/ keperluannya sendiri. Hal ini sebagaimana Allah mengisahkan para malaikat yang bertamu kepada Ibrahim u di dalam Al Qur’an (artinya): “Ibrahim bertanya: Apakah urusanmu wahai para utusan?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa.” (Adz Dzariyat: 32)
13.Tidak Masuk Bila Yang Mengizinkan Wanita
Seorang tamu pria hendaknya tidak masuk rumah apabila yang mempersilahkan masuk adalah seorang wanita. Kecuali wanita tersebut telah diizinkan oleh suaminya atau mahromnya.
Amr berkata, Rasulullah melarang kami meminta izin untuk menemui wanita tanpa mendapat izin suaminya. (Shahih HR. Ahmad)
Dari Amr bin Al-Ash dia berkata, Sesungguhnya Rasulullah melarang kami masuk di rumah wanita yang tidak ada mahromnya. (Shahih HR. Ahmad)
14.Segera Kembali Setelah selesai Urusannya
Termasuk pula adab dalam bertamu adalah segera kembali bila keperluannya telah selesai, supaya tidak mengganggu tua rumah. Sebagaimana penerapan dari kandungan firman Allah Ta’ala: “…tetapi jika kalian diundang maka masuklah, dan bila telah selesai makan kembalilah tanpa memperbanyak percakapan,…” (Al Ahzab: 53)
15.Tidak Menceritakan Aibnya Kepada Orang Lain
Abu Hurairoh, dia berkata, Sesungguhnya Rasulullah bersabda, “Tahukah kamu apa ghibah itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Lalu beliau bersabda, “Ghibah adalah engkau menyebutkan saudaramu (kepada orang lain) dengan sesuatu yang ia benci.” Lalu dikatakan kepadanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu bila aib yang kuceritakan itu memang benar?” Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu ceritakan itu benar, berarti kemu meng-ghibah-nya. Jika tidak, berarti engkau berbuat dusta.” (HR. Muslim)
16.Mendo’akan Tuan Rumah
Hendaknya seorang tamu mendoakan atas jamuan yang diberikan oleh tuan rumah, lebih baik lagi berdo’a sesuai dengan do’a yang telah dituntunkan Nabi , yaitu : “Ya Allah…, berikanlah barakah untuk mereka pada apa yang telah Engkau berikan rizki kepada mereka, ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka.” (HR. Muslim)
*Sumber :
1. http://forum.detik.com/etika-bertamu-dan-menerima- tamu-t34978.html
2. http://al-fauzien.web.id/isi/2009/08/05/etika-bertamu/
3. http://deviazhar.blogspot.com/2008/11/etika-bertamu.html


E. ETIKA BELAJAR DALAM ISLAM 

 Seorang pelajar muslim hendaknya memiliki etika dalam mencari ilmu agar ilmu tersebut menjadi bermanfaat dan membawa berkah bukan justru menhhujatnya dihari kiamat.

Adapun 13 kiat dalam mencari ilmu sehingga dapat menuai berkah yaitu :

1. IKHLAS KARENA ALLAH

Hal utama yang harus dimiliki oleh seorang pencari ilmu adalah ikhlas karena Allah SUBHANAHU WA TA’ALA dalam berbicara dan beramal.

Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjelaskan bahwa diterimanya amal sholeh tergantung pada niat dan keikhlasan dalam tujuan. Jadi, apabila seorang pelajar muslim selalu ikhlas, ia pasti meraih pahala yang besar dan selalu diberkahi dalam usahanya.

Imam Al-Ghazali berkata “ Beberapa malam telah kau hidupkan dengan mengulang-ulang belajar dan menelaah berbagai buku, dan beberapa malam kau haramkan dirimu untuk tidur. Aku tidak tau apa motivasi yang mendorong mu berbuat itu?. Jika niatmu untuk meraih materi duniawi, menarik serpihannya, dan memperoleh kedudukan, lalu berbangga diri dihadapan kawan-kawan dan orang-orang sesamamu, maka celakalah engkau. Celakalah engkau ..!

Namun, jika maksudmu adalah demi menghidupkan syariat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyucikan akhlakmu, serta mengalahkan jiwamu yang selalu memrintahkan kejahatan, maka beruntunglah engkau. Beruntunglah engau..!

2. AMALKAN ILMU JAUHI MAKSIAT


Dari Malik bin Dinar Rahimahullah, ia berkata: “seseorang yang berilmu namun tidak mengamalkannya, maka nasehatnya selalu meleset dari hati, seperti tetesan air meleset dari batu yang licin”.

Banyak dalil dari kitab dan sunnah juga pandangan ulama tentang mengamalkan ilmu dan peringatan terhadap ilmu tanpa amal, sekaligus ucapan yang tak disertai dengan perbuatan (Q.S.As-Shaff/61: 2-3) dan (Q.S Al-Baqarah/2:44).

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang pengaruhnya dapat dilihat oleh orang lain dalam diri si empunya ilmu, sebagai cahaya di wajahnyadan rasa takut kepada Allah dalam hatinya, istiqomah dalam tingkah lakunya, jujur kepada Allah dan kepada sesama manusia dan kepada dirinya sendiri. Serta ilmu itu disertai amal dan itulah ilmu yang tak terputus. Sebuah hadist berbunyi “ Apabila mati anak adam terputuslah amalnya keculai 3 perkara, yaitu : shodaqah jariah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang sholeh”.

Seorang pelajar harus berjuang melawan dirinya sendiri dengan meninggalkan maksiat, untuk menolongnya mendapatkan keberkahan ilmu dan cahayanya. Karena maksiat adalah kegegelapan dalam hati., dan hati yang gelap tidak memiliki tempat untuk cahaya ilmu didalamnya, kecuali dengan bertaubat dan bersikap jujur bersama Allah SUBHANAHU WA TA’ALA.

Oleh sebab itu, pencari ilmu harus mengontrol keadaan dirinya, senantiasa melakukan intropeksi diri dan memohon diri ketika berhasrat melakukan maksiat. Selain itu, ia harus berhatimu-hati terhadap tipu daya nafsu dan bisikan setan.

3. TAWADHUK

Allah memerintahkan rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bersikap tawadhuk, merendahkan hati dan berlemah lembut. “ Dan rendakanlah hatimu bagi orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman (QS. Asy-Syuara/26:215).

Dari Mujahid rahimahullah, ia berkata, “ Tidak akan bisa belajar seorang pemalu dan seorang yang sombong ”. Dari Fudhail bin Iya’ah rahimahullah, ia berkata. “ Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala mencintai orang pandai yang tawadhuk dan membeci orang pandai yang arogan. Barang siapa bertawadhuk karena Allah niscaya Allah wariskan kepadanya Ilmu hikmah.

Dari Masna rahimahullah, ia berkata : “cukuplah seseorang disebut berilmu dengan takut kepada Allah dan disebut bodoh karena bangga dengan ilmunya.


4. HORMATILAH ULAMA DAN MAJELIS ILMU

* Diam dan Dengarkanlah !

Apabila penuntut ilmu mendengar dari gurunya sebuah hadist atau suatu masalah yang sudah ia ketahui, seharusnya ia tidak ikut berbicara dalam meriwayatkannya, akan tetapi diamlah dan dengarkanlah.
* Jangan Banyak Berdebat

Rasulullah memperingatkan kita agar menjahui debat, jika tak dilakukan dengan lebih baik, sebagaimana sabda-nya : “ Tidaklah suatu kaum tersesat setelah meraih hidayah kecuali karena mereka suka berdebat“.

Imam Malik rahimahullah berkata “ Berdebat tentang ilmu membuat hati menjadi besar menjadi besar dan memancing caci-maki “.

* Jangan Banyak Bertanya

Bertanya adalah kunci ilmu. Akan tetapi bertanya hanya untuk tujuan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman sekalgus mendapatkan kebenaran.

Imam Ghazali berkata :

Barangsiapa melontarkan pertanyaan dan sanggahan dengan perasaan hasad dan benci, maka meskipun setiap kali kamu jawab dengan jawabaan terbaik, terbenar, dan terjelas pun tidak menambahkan kepadanya selain kebencian dan permusuhan. Karena itu, janganlah kamu repot-repot menjawabnya”.

Hasan bin Ali berkata kepada putranya, “Hai anakku, jika kamu bergaul dengan ulama, maka jadilah kamu orang yang lebih suka mendengarkan dengan baik dan janganlah kamu memutuskan pembicaraan seseorang meskipun ia berbicara panjang, sehingga ia berhenti berbicara”.

5. BERSABAR

Perbuatan taat yang lebih membutuhkan kesabaran adalah mencari ilmu untuk meraih ilmu untuk meraih ridha Allah Subhanahu wa ta’ala, lebih-lebih karena jiwa cenderung kepada perilaku santai dan bermalas-malas.

Usaha mencari ilmu membutuhkan pengorbanan besar, bersusah payah, sedikit tidur, meninggalkan aneka kenikmatan dunia, mendatangani para ulama, belajar ulang, berfikkir, mengikuti pelajaran dan sebagainya.

Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr meriwayatkan dari Yahya bin Abi Katsir, bahwa ia berkata :

“ Aku mendengar ayah berkata : Ilmu tidak bisa diraih dengan santai”.

Said bin Jubair rahimahullah berkata, “seseorang tetap menjadi orang berilmu selama ia tetap belajar. Jika ia meninggalkan belajar dan mengira bahwa dirinya sudah cukup dengan apa yang dimiliki, maka ketika itulah ia menjadi orang bodoh”.


6. TERUSLAH MENCARI
- Bertanya adalah kunci ilmu. Bertambahnya ilmu dengan berusaha mencari dan diraihnya ilmu dengan bertanya. Ilmu diperoleh dengan lisan yang pandai bertanya dan hati yang selalu berfikir dan berdzikir.

- Berambisilah mendaptkan ilmu. Seorang penyair berkata: “Sebaik-baik penghibur dan teman adalah buku”. Seperti hadist yang berbunyi “Saudaraku, takkan kau capai ilmu kecuali dengan 6 hal, kan ku beritahu kepadamu rinciannya dengan jelas : Cerdas, bersemangat, bersungguh-sungguh, bekal materi, bersama guru, dan waktu yang panjang”.


Al-Khatib Al-Baghdadi meriwayatkan dari Al-Junaid bahwa ia berkata : “ Tak seorang pun yang mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh dan jujur kecuali ia pasti mendapatkannya. Kalau pun tidak meraih semuanya, maka sebagiannya.

7. JUJUR DAN AMANAH

Ada beberapa masalah yng harus dtegaskan agar pelajar muslim tidak terjerumus dalam pengkhianatan dan kebohongan.

- Siaga dan Perhatikan Saat Menerima Ilmu : Dalam hal ini pelajar diharapkan memiliki sifat amanah dlam mencari ilmu agar benar-benar siaga dalam mencari ilmu.

- Kembali kepada kebenaran ketika salah : Jika menyampaikan suatu pendapat kemudian disanggah oleh orang yang lebih tinggi ilmunya, atau sejajar, atau dibawahnya, sehingga ia tahu bahwa pendapatnya salah dan yang benar adalah pendapat sahabatnya, maka ia menarik kembali pendapatnya dan berterima kasih kepada sahabatnya.

- Menjauhi kecurangan dalam ujian dan karya ilmiah.

Pelajar yang amanah memiliki kedudukan terhormat dan tinggi, sehingga banyak orang mengambil manfaat dari ilmunya, bahkan jumlah orang yang mengambil manfaat darinya semakin banyak.

8. SEBARKAN DAN AJARKAN

Dhahak bin Muzahim rahimahullah berkta : “ Pintu pertama ilmu adalah diam, yang ke-2 mendengarkannya, yang ke-3 mengamalkannya dan yang ke-4 menyebarkan dan mengajarkannya”.

Abdullah bin Mubarak rahimatulah berkata, “orang yang bakhil akan terkena tiga musibah” :

- ia mati kemudian ilmunya hilang.
- ia melupakannya
- ia mengekor pada penguasa


9. ZUHUD TERHADAP DUNIA

Zuhud bukan berarti meninggalkan dunia, menjauhi apa yang ada di dalamnya, menjauhi manusia dan memakai pakaian yang kasar, compang-camping. Melainkan mengambil dari dunia segala sesuatu yang mendukung untuk taat kepada Tuhan, menjadikan dunia, harta dan perhiasan hanya ditanganmu saja bukan di hatimu dan menjadikan usahamu dalam dunia untuk membantu ketaatan di akhirat.

Allah tidak menjadikan 2 hati dalam rongga dada manusia. Oleh karena itu tidak akan bertemu dalam hati seorang muslim, yaitu dalam 2 hal :
1. Semangat mencari ilmu dan mencintainya
2. Semangat memburu dunia serta memperebutkan kesenangannya.

10. MENJAGA DAN MEMANFAATKAN WAKTU

Ada 2 nikmat yang banyak orang melalikannya : kesehatan dan kesempatan

Pepatah mengatakan :

Ilmu tak akan pernah memberimu sebagiannya sampai engkau memberikan seluruh jiwamu, kepadaNya”.

A. Memanfaatkan Masa Muda

Belajar diwaktu muda dengan pikiran yang sempurna dan otak yang segar membuat hapalan lebih mudah melekat dengan kuat.

B. Jangan Suka Menunda-Nunda

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “jauhilah sikap suka menunda-nunda (taswif), sebab engkau hidup dihari ini bukan dihari esok. Jika esok masih ada, bersikaplah seperti hari ini.

C. Waktu – Waktu Luang dan Pikiran Santai

Waktu pagi adalah waktu yang baik untuk belajar karena pada waktu itu, kondisi kita luang, pikiran masih jernih dan tubuh masih segar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Waktu utama adalah waktu sahur (menjelang subuh), sebab merupakan waktu istijabah (pengabulan doa) dan waktu turunnya rahmat”.

Dari Ismail bin Uwais, ia berkata : “Jika engaku ingin mengahapal sesuatu, maka tidurlah. Lalu bangunlah menjelang subuh, nyalakan lampu dan perhatikan tulisan niscaya engaku tidak melupakannya. Insya Allah”.

Sebaik-baik waktu adalah waktu sebelum subuh/saat zuhur), pertengahan siang, waktupetang sebelum Isya. Menghafal dimalam hari lebih baik dari pada menghapal di siang hari.

Imam Ibnu Jamaah rahimahullah berkata, “Janganlah elajar ketika lapar, haus, sedih, marah, mengantuk dan stress. Jangan pula belajar dalam kondisi dangat dingin dan terik yang sangat menyengat, sebab akan mengganggu”.

Jangan Lupa Berdo’a : “Ya Allah berkahilah umurmu dan jadikanlah umur itu penuh kebahagian karena ketaatan kepada Mu”.

11. KAJILAH ILMU BERULANG-ULANG


Dari Az-Zuhri berkata : “ Yang bisa menghilngkan ilmu itu hanya lupa dan tidak mengulang (mudzakarah)”.

Dari Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad bahwa ia berkata : “Hati itu laksana tanah, ilmu adalah tanamannya dan mudzakarah adalah airnya, ketika siraman air terputus dari tanah, maka keringlah tanamannya”.

12. SOPAN DAN MEMILIKI RASA MALU

Al- Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata, “ Orang yang berilmu dan ahli berfatwa, tidak ada sesuatu yang lebih ia butuhkan dari sikap santun, tenang dan sopan. Itulah kelambu bagi ilmuny dab perhiasannya. apabila ia kehilangn itu, maka ilmunyaseperti badan yang telanjang tanpa busana.

Sopan dan punya rasa malu adalah sifat yang harus dimiliki oelh setiap pelajar, agar berbeda dari teman-teman dan para tetangganya. Karena itu, seorang pelajar idak boleh bersenda gurau bersama mereka, dan tidak menyibukkab diri denga urusan remeh sebab hal itu akan menghilangkan kemuliaan dan kedudukannya.

“ Sesungguhnya Allah mencintai perkara-perkara yang luhur dan mulia dan membenci perbuatan yang hina “. Malik berkata, orang yang mencari ilmu harus memiliki sifat sopan, takut kepada Allah dan menelusuri jejak orang-orang sebelumnya.
Banyak bercanda dan tertawa akan menurunkan wibawa dan menghilangkan muni’ah (harga diri).

13. BERSAHABAT DENGAN ORANG SALEH

Seseorang tergantung kepada agama teman akrabnya, karena itu, hendaklah seseorang memperhatikan siapakah yang akan dijadiakan teman akrab”.

Sahabat merupakan penarik kalau ia saleh maka ia akan menggandengmu kepada kebaikan, namun kalau tidak baik maka ia akan merusak agama dan duniamu, serta menyibukkanmu dengan urusan dunia, sehingga engkau terhalang dari belajar, berprestasi dan ilmu yang bermanfaat.
Ali bin Abu Thabib r.a, berkata, janganlah bergaul dengan orang yang bodoh jauhkan dirimu darinya dan dia darimu. Betapun banyak orang penyantun binasa karena bergaul dengan orang bodoh. Seseorang dinilai dari sahabatnya sebab seseorang sama dengan sahabatnya

F. ETIKA BERPAKAIAN DALAM ISLAM 

  1.  Pengertian adab dalam berpakaian
Jika diperhatikan cara berpakaian seperti  saat ini, terutama dikalangan para remaja puteri tampaknya sudah jauh dari tuntunan Islam.  Mereka sudah tidak malu-malu lagi mempertontonkan auratnya, bahkan menjadi suatu kebanggaan bagi mereka.  Alasannya, jika tidak berpakaian seperti itu dianggap tidak mengikuti perkembangan mode.  Kita boleh saja mengikuti perkembangan mode tetapi jangan sampai mejgobral aurat.  Jika demikian, bagaimana berpakaian menurut islam ?

Menurut ajaran Islam, berpakaian adalah mengenakan pakaian untuk menutupi aurat, dan sekaligus perhiasan untuk memperindah jasmani seseorang. Sebagaimana ditegaskan Allah Swt, dalam firman-ya:

“Wahai anak Adam! Susungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagaimu tetpi takwa itulah yang lebih baik.  Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalui ingat.” (Q.S. Al-A’raf:26)

Ayat trsebut memberi acuan cara berpakaian sebagaimana dituntut oleh sifat takwa, yaitu untuk menutup aurat dan berpakaian rapi, sehingga tanpak simpati dan berwibawa serta anggun dipandangnya, bukan menggiurkan dibuatnya.

Islam sangan menganjurkan kepada umatnya untuk selalu tanpil rapi dan bersih dalam kehidupan sehari-hari.  Karena kerapian dan kebersihan ini, Rasulullah saw.  Menyatakan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.  Artinya, orang beriman akan selalu menjaga kerapian dan kebersihan kapan dan di mana dia berada.  Semakin tinggi imam seseorang maka dia akan semakin menjaga kebersihan dan kerapian tersebut.  Sabda Rasulullah saw. dari riwayat Abu Darda :

“Kebersihan merupakan bagian dari iman”

Pakaiana yang kita kenakkan harus sesuai dengan tuntutan Islam dan sebaliknya disesuiakan dengan situasi dan kondisi.  Pada saat menghadiri pesta, kita menggunakan pakaian yang cocok untuk berpesta, misalnya kemeja, baju batik, pada saat tidur, kita cukup menggunakan piyama; dan begitu seterusnya.  Disamping itu, pemilihan model dan warna pakaian juga harus disesuaikan dengan badan kita, sehingga menjadi serasi dan tidak menjadi bahan tertawaan orang lain.
2.Contoh adab dalam berpakaian
Didalam ajaran Isalam, berpakaian tidak hanya sekedar kain penutup badan, tidak hanya sekedar mode atau trend yang mengikuti perkembangan zaman.  Islam mengajarkan tata car atau adab berpakaian yang sesuai dengan ajaran agama, baik secara moral, indah dipandang dan nyaman digunakan. Diantara adab berpakaian dalam pandangan Islam yaitu sebagai berikut:

  •   Harus memperhatikan syarat-syarat pakaian yang islami, yaitu yang dapat menutupi aurat, terutama wanita.
  •  Pakailah pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak terkesan kumal dan dekil, yang akan berpengaruh terhadap pergaulan dengan sesama.
  •  Hendaklah mendahulukan anggota badan yang sebelah kanan, baru kemudian sebelah kiri.
  •  Tidak menyerupai pakaian wanita bagi laki-laki, atau pakaian laki-laki bagi wanita.
  • Tidak meyerupai pakaian Pendeta Yahudi atau Nasrani, dan atau melambangkan pakaian kebesaran agama lain.
  •   Tidak terlalu ketat dan transparan, sehingga terkesan ingin memperlihatkan lekuk tubuhnya atau mempertontonkan kelembutan kulitnya.
  •  Tidak terlalu berlebihan atau sengaja melebihkan lebar kainnya, sehingga terkesan berat dan rikuh menggunakannya, disamping bisa mengurangi nilai kepantasan dan keindahan pemakainya.
  •  Sebelum memakai pakaian, hendaklah berdoa terlebih dahulu, yaitu : “Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian dan rezeki kepadaku tanpa jerih payahku dan kekuatanku”.


3.  Mempraktikkan adab berpakaian dalam kehidupan sehari-hari
Sebagiana muslim yang beriman, hendaknya kamu berpakaian sesuai dengan ajaran Islam.  Bagi wanita, pakaiannya harus menutupi seluruh aurat. Artinya, seluruh tubuhnya harus tertutup oleh pakaian (busana), kecuali muka dan kedua telapak tangan.  Selain itu, seorang muslim juga harus menggunakan pakaian yang pantas dan menarik untuk dipandang, sesuai dengan ukuran tubuhnya.  Begitu pula bagi seorang muslim, pakaiannya harus menutupi aurat dan tidak berlebihan.

Sebagi remaja mesjid, hendaknya kamu yang mulai membiasakan diri berpakaian secara islami sesuai adab berpakaian dalam Islam. Bagi yang sudah melakukannya, pertahankan sampai akhir hayatmu, bagi yang belum, mulailah dari sekarang berpakaian secara Islam. ridak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan . Kamu tidask perlu merasa malu untuk mempraktekkan adab pakaian secara islami, bahkan sebaliknya harus merasa bangga dan percaya diri terhadap apa yang kamu lakukan.

Untuk mebiasakan diri mempraktikkan adab berpakaian secara Islami, hendaklah terlebih dahulu untuk [erhatikan hal berikut ini :


  •  Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar niat niat yang baik tidak tergoyahkan
  •  Yakinkan dalam hati bahwa menutup aurat bagi seorang muslim dan muslimah adalah wajib hukumnya, sehingga akan mendapat dosa bagi yang meninggalkannya
  •  Tanamkan keyakinan bahwa Islam tidak bermaksud memberatkan umatnya dalam berpakaian, bahkan sebaliknya memberikan kebebasan dan perlindungan bagi harkat dan martabat umatnya.
  •   Tanamkan rasa bangga telah berpakaian sesuai ajaran Islam, sebagai perwujudan keimanan yang kuat dri diri seorang muslim/muslimah
  •    Ayo, mulailah dari sekarang.